Linux dan Elitisme

Mungkin dari kita semua pernah merasa seperti dipaksa dan merasa bingung atau tidak mengerti mengenai apa yang diucapkan seseorang, entah itu di internet maupun secara langsung. Meskipun begitu, ada juga orang yang tidak peduli terhadap ucapan tersebut.

Misalnya,
Si A pernah berkata "Udahlah, objek X bloated, insecure, dan non-FLOSS. Pakai Y saja." dan sebagainya.

Apakah itu dapat dianggap suatu perilaku pemaksaan? Tidak, itu bisa kita anggap sebagai tindakan mengajak yang harus kita olah sebijak mungkin dengan mencari tahu sumber referensi yang jelas dan tentunya sesuai kebutuhan setiap individu melalui berbagai percobaan.

Sebelum lanjut, saya tegaskan di bawah ini yang dimaksud sistem operasi linux (atau Linux) sebenarnya dikemas sebagai distribusi linux. Biasanya GNU/Linux. Lihat juga kernel Linux.
"Linux dan Elitisme". Apakah keduanya memiliki keterkaitan satu sama-lain? Mengapa begitu banyak pengguna sistem operasi linux memiliki sikap elitis?

Memang, dalam banyak aspek mereka pengguna sistem operasi linux adalah elit.
  1. Berdasarkan data statistik dari gs.statcounter.com, kurang dari 2% di dunia yang menggunakan sistem operasi linux di platform desktop, sedangkan dalam semua platform mereka hanya kurang dari 1%. Itu adalah fakta bukan sebuah sikap.

    Android juga menggunakan mainstream kernel linux, tetapi ditambahkan driver maupun fitur untuk perangkat spesifik sehingga dibedakan kategorinya. Biasanya driver/fitur tersebut akan ditambahkan ke kernel linux jika komunitas menyetujuinya dan mungkin memodifikasinya.

  2. Rata-rata mereka lebih terampil menguasai dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai komputer daripada pengguna sistem operasi lain karena seringnya membaca dan mencari serta mengolah informasi. Mayoritas dari mereka sadar akan seluk-beluk sistem operasi yang belum pernah terdengar. Contohnya FHS (File System Hierarchies), init system, user-group permission, kernel, bootloader, package manager, process scheduling, desktop environment, dan masih banyak lagi.

  3. Pada awalnya sistem operasi linux banyak digunakan untuk keutamaan seperti kegiatan  ilmiah eksperimen DØ yang menggunakan Scientific Linux, server produksi, seorang penghobi, programmer/developer, pentester, itu bukan mayoritas konsumsi rumahan. Namun, sekarang ini  sistem operasi linux sudah dikembangkan secara pesat (karena open-source) untuk konsumsi publik yang ramah pengguna.

  4. Pengguna sistem operasi linux yang AVID biasanya tidak melihat pragmatisme dari kebanyakan pengguna biasa. Mereka sangat terpesona dan ingin tahu sehingga menginginkan untuk mengubah setiap hal kecil di sistem operasi mereka.
Tidak semua orang termasuk dalam kategori pengguna komputer seperti di dalam aspek di atas. Dengan demikian, pengguna sistem operasi linux dapat dianggap sebagai elit dan memiliki semua hak untuk membedakan diri dari mayoritas pengguna komputer meskipun tidak dengan sombong.

Namun, pada kenyataannya sikap elitisme adalah suatu kesalahpahaman yang besar. Itu sama sekali tidak ada keterkaitan dengan penggunaan sistem operasi linux sama sekali, tetapi berasal ketidaksepakatan mendasar dengan pola pikir dan cara komputasi komputer modern. Maksudnya seperti ini:

Terkadang kita sering bingung dengan intoleran para pragmatis yang sering bahkan mungkin hampir setiap hari mengeluh bahwa sistem operasi linux mereka mengalami permasalahan ini dan itu. Dalam diri kita, secara langsung menolak bahwa itu adalah sebuah kasus/masalah yang besar ketika kita menyatakan "itu bekerja normal pada komputer kami".

Menurut pendapat saya, mereka adalah orang-orang yang membutuhkan pola dasar rata-rata untuk menentukan kebutuhan setiap orang. Pada dasarnya adalah "Sejak kapan mengenal dan mulai membiasakan menyesuaikan sistem operasi linux Anda sendiri?"

Mungkin dari sebagian besar orang ada yang sudah mengenal sejak SMP bahkan sejak SD karena mungkin komputer kakaknya menggunakan sistem operasi linux (atau dari lingkungannya). Untuk beberapa orang, hal itu menjadi kebiasaan sehingga terciptalah pola dasar pemikiran yang memancing keinginan untuk tertarik mempelajari sesuatu dengan referensi dari buku atau internet (ketika akses sudah tersebar luas) dan melakukan trial-and-error.

Setiap orang memiliki cara pemahaman yang berbeda-beda yang mempengaruhi seberapa cepat ia memahami apa yang dihadapinya. Oleh karena itu sumber referensi tertulis tidaklah cukup, harus bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman ketika sudah mencapai batas pemahaman. Jangan diteruskan, nanti gila. Ada pernyataan bahwa jenius dan kegilaan itu mungkin berhubungan.

Apakah kamu peduli privasi/keamanan pengguna? atau hanya menginginkan fungsi praktisnya saja?

Saya suka kebebasan untuk mengubah segalanya. Senang karena mengetahui bagaimana itu dapat bekerja. Senang bahwa dapat mengotomatisasi sesuatu dengan shell-scripting dan cronjob yang memudahkan pekerjaan. Suka mengetahui setiap fungsi perintah yang ada di dalam terminal, tapi sering terlewatkan. Senang dapat mengkustomisasi setiap komponen yang ada agar tercipta mesin yang ideal. Nyaman dapat menggunakan komputer tanpa takut masalah yang bukan disebabkan brainware. Masih banyak hal lagi yang dapat dilakukan.

Saya mudah menolak semua pernyataan "itu hanya bekerja"  dan menganggapnya sebagai kata-kata yang bodoh yang diberikan seseorang yang tidak mau repot-repot menggerakkan tubuh dan akal sehatnya, kecuali dia nyaman menggunakannya. Bukan karena suka dengan sesuatu yang rumit, tetapi menginginkan agar sesuatu bekerja seperti apa yang diharapkan. Sejujurnya, saya juga tidak ingin  mereka menggunakan objek Y karena dipaksakan. Berusaha sekuat tenaga sebagai orang-orang yang hidup di realitas alternatif dari apa yang disebut software piracy, dan tidak peduli terhadap apapun selama itu disebut "hanya bekerja" jika tidak menyenangkan.

Apakah hal itu adalah suatu sikap elitisme? Memiliki merchandise seperti boneka Tux, apakah itu juga merupakan elitisme?

Sejujurnya, saya sebagai penulis juga baru dua tahun mengeksplorasi sistem operasi Unix-Like khususnya GNU/Linux. Namun, juga sudah 2 tahun juga hanya menggunakannya tanpa menelusuri apapun didalamnya (ditotal 4 tahun).  Apakah itu sebagai sistem operasi utama? Tidak, saya tadi mengatakan 2 tahun sebagai pengguna biasa itu masih dual-boot dengan sistem operasi W yang saya dapatkan dari sumber software bajakan. Selanjutnya saya membuat perubahan pada diri saya sendiri untuk berusaha menggunakan software open-source jikalau kondisi lingkungan mendukung.

Apapun yang kamu lakukan kalau hanya untuk menjadi "keren" atau "ikut-ikutan" tetapi sulit dalam menyesuaikan lingkungan kehidupan. Sesungguhnya itu tidaklah keren kawan, melainkan menyakiti diri sendiri. Marilah mencoba berbagai hal yang kita temui jika itu bermanfaat bagi individu masing-masing.

Permasalahannya disini adalah seberapa banyak orang dapat meluangkan waktu mereka untuk melakukan hal-hal seperti ini. Ya.. itu masalah pribadi sih..

Tetaplah belajar dan selamat mencoba! Terima Kasih! ^^

Posting Komentar untuk "Linux dan Elitisme"